Gaza – Israel Cegat dan Bawa Kapal Handala ke Ashdod Pasukan militer Israel kembali menuai kecaman setelah pada Minggu (27/7), mereka membajak Kapal Handala, kapal misi kemanusiaan yang membawa bantuan untuk rakyat Palestina di Gaza, dan memaksanya berlabuh di Pelabuhan Ashdod. Aksi ini terjadi di perairan internasional, memicu tudingan pelanggaran hukum internasional oleh komunitas internasional.
Insiden ini secara langsung disaksikan dan dilaporkan oleh seorang jurnalis kantor berita AFP, memperkuat bukti bahwa Israel melakukan intersepsi secara sepihak terhadap misi damai.

Daftar Isi :Israel Cegat dan Bawa Kapal Handala ke Ashdod
Misi Kemanusiaan Kembali Digagalkan
Kapal Handala merupakan bagian dari Freedom Flotilla Coalition, jaringan internasional aktivis yang selama bertahun-tahun berusaha menembus blokade laut ilegal Israel terhadap Gaza. Kapal itu dicegat oleh militer Israel pada Sabtu malam, 27 Juli, saat sedang berlayar menuju pesisir Gaza.
“Pasukan Israel mencegat Handala di perairan internasional sekitar tengah malam, dan sejak itu, kontak dengan para aktivis terputus. Misi ini sepenuhnya bersifat sipil dan damai, didedikasikan untuk anak-anak Gaza,” ungkap pernyataan resmi Freedom Flotilla, dikutip AFP.
Kapal tersebut membawa 21 awak internasional, termasuk dua anggota parlemen Prancis dari partai sayap kiri France Unbowed, yakni Emma Fourreau dan Gabrielle Cathala, serta dua jurnalis Al Jazeera.
Tindakan Israel Picu Sorotan Hukum Internasional
Organisasi HAM dan hukum seperti Adalah Center langsung merespons insiden ini. Mereka menyatakan bahwa tim hukum mereka kini berada di Ashdod dan telah menuntut akses komunikasi dengan seluruh awak kapal.
Penting dicatat, pelacakan daring memperlihatkan posisi kapal berada di perairan internasional ketika pasukan Israel menaiki kapal. Aksi tersebut terekam dalam siaran langsung dari kapal beberapa saat sebelum komunikasi terputus total.
Respons dan Alasan Israel
Meski tekanan internasional meningkat, pihak Kementerian Luar Negeri Israel mengklaim tindakan itu sebagai langkah pencegahan. Menurut pernyataan resmi mereka:
“Angkatan Laut menghentikan Kapal Handala untuk mencegahnya mencapai perairan pesisir Gaza. Semua penumpang dilaporkan dalam kondisi selamat,” kata juru bicara kementerian.
Namun, pernyataan ini tidak menjawab soal posisi kapal yang masih berada di luar wilayah kedaulatan Israel.
Bukan Insiden Pertama: Pola Repetitif Blokade Kemanusiaan
Aksi terhadap Kapal Handala bukanlah insiden pertama. Sebelumnya, pada 9 Juni 2025, militer Israel juga mencegat Kapal Madleen di perairan internasional. Kapal tersebut membawa 12 aktivis, termasuk Greta Thunberg, aktivis lingkungan terkemuka asal Swedia. Israel kemudian menarik kapal ke Ashdod dan mengusir seluruh awak.
Kondisi Gaza Memburuk, Dunia Mendesak Pembukaan Jalur Bantuan
Dengan populasi lebih dari 2 juta jiwa, Gaza kini menghadapi krisis kemanusiaan yang kian memburuk. Blokade Israel terhadap wilayah tersebut membuat distribusi bantuan hampir mustahil dilakukan secara efektif.
Berikut fakta-fakta krusial yang menyertai situasi ini:
- Lebih dari 59 ribu warga Palestina telah tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak (data Kementerian Kesehatan Gaza).
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kelaparan di Gaza sebagai “bencana buatan manusia”.
- Pemerintah Prancis secara terbuka menyalahkan blokade Israel atas melonjaknya kelaparan dan kematian di Gaza.
- Israel membantah bertanggung jawab, dan justru menyalahkan Hamas serta badan bantuan internasional atas kegagalan distribusi.
Poin-Poin Utama Insiden Kapal Handala dan Blokade Gaza:
- Kapal Handala, bagian dari Freedom Flotilla, dicegat Israel di perairan internasional, bukan wilayah Israel.
- Terdapat aktivis dari 10 negara, termasuk pejabat parlemen dan jurnalis independen.
- Militer Israel membawa kapal ke Pelabuhan Ashdod dan menahan 21 awak kapal.
- Ini adalah bagian dari pola blokade laut Israel terhadap Gaza yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.
- Kondisi warga Gaza sangat memprihatinkan, dengan kelaparan, krisis obat-obatan, dan kematian massal akibat pembatasan akses bantuan.
Kesimpulan: Tanggung Jawab Internasional Diuji
Aksi militer Israel terhadap Kapal Handala sekali lagi menunjukkan bagaimana krisis kemanusiaan di Gaza tidak hanya bersifat lokal, tetapi merupakan ujian moral dan hukum bagi dunia internasional. Pembajakan kapal di perairan internasional menambah daftar panjang pelanggaran hukum laut yang dilakukan Israel, sementara dunia masih terbagi dalam menanggapi tragedi yang tengah berlangsung.
Koalisi internasional, PBB, dan lembaga HAM dunia dituntut untuk bertindak lebih tegas, bukan hanya dengan kecaman, tetapi juga dengan langkah konkret untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat masuk Gaza tanpa hambatan militer.