newimageco.biz – Tarian Pacu Jalur energik seorang bocah di atas perahu dayung dalam festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, telah memicu gelombang viral di media sosial dengan istilah “aura farming.” Tradisi budaya Indonesia ini kini mendunia, menarik perhatian selebritas global seperti bintang NFL Travis Kelce dan YouTuber KSI, yang ikut meramaikan tren ini di platform seperti TikTok dan Instagram.
Daftar Isi :
Istilah “aura farming” melekat erat pada aksi penari cilik, yang dijuluki “Aura Farming Kid” atau “Boat Kid,” saat menari dengan penuh percaya diri di ujung jalur (perahu panjang) selama lomba Pacu Jalur. Video tarian ini, sering kali diiringi lagu Young Black & Rich oleh Melly Mike, telah ditonton jutaan kali, memunculkan berbagai meme dan imitasi dengan tagar seperti #AuraFarming dan #PacuJalur. Lalu, apa sebenarnya makna aura farming, dan bagaimana tradisi lokal Riau ini menjadi fenomena global?
Apa Itu Aura Farming dan Tarian Pacu Jalur?
Aura farming adalah istilah gaul yang populer di kalangan Gen Z dan Gen Alpha, menggambarkan tindakan seseorang untuk memancarkan pesona atau aura keren dengan penuh percaya diri. Berbeda dari makna harfiahnya—di mana “aura” merujuk pada energi seseorang dan “farming” berarti budidaya—istilah ini kini merujuk pada upaya menciptakan kesan menarik melalui aksi, gaya, atau karisma yang memikat.
Sebelum viral bersama Pacu Jalur, aura farming sudah akrab di dunia digital, terutama dalam diskusi tentang budaya populer. Pemain game seperti Fortnite, Elden Ring, dan World of Warcraft menggunakan istilah ini untuk menggambarkan aksi-aksi keren dalam permainan. Dalam dunia hiburan, karakter seperti Sung Jin-woo di anime Solo Leveling atau Paul Atreides yang diperankan Timothée Chalamet di Dune: Part Two disebut sebagai contoh aura farming karena karisma dan kemampuan luar biasa mereka. Kini, istilah ini merambah dunia nyata melalui tarian penuh percaya diri penari cilik Pacu Jalur.
Tarian Pacu Jalur: Warisan Budaya yang Mendunia
Pacu Jalur, yang berarti “lomba perahu” dalam bahasa Indonesia, adalah tradisi tahunan yang diadakan setiap Agustus di sepanjang Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Berawal dari alat transportasi hasil panen dan orang pada abad ke-17, festival ini kini menjadi perayaan budaya yang menampilkan kebanggaan komunitas dan warisan maritim. Perahu jalur, yang diukir dari batang pohon utuh sepanjang hingga 40 meter, dikayuh oleh 40–60 pendayung dan dihiasi ukiran simbolik seperti ular, buaya, atau Garuda.
Pusat perhatian tren viral ini adalah tukang tari atau penari cilik berusia 8–13 tahun, yang dikenal sebagai Togak Luan. Penari ini berdiri di ujung perahu untuk memompa semangat pendayung melalui tarian ritmis. Peran ini tidak hanya simbolis, tetapi juga fungsional, membantu mengatur tempo mendayung. Salah satu penari, Rayyan Arkan Dikha (11), atau yang dikenal sebagai Dika, menjadi wajah tren ini setelah videonya yang diunggah pengguna TikTok Lensa Rams pada Januari 2025 meledak di bulan Juni, mencatatkan lebih dari 360 juta penonton dengan tagar #BoatKid.
Dari Riau ke Panggung Dunia
Fenomena aura farming telah melintasi batas negara, diperkuat oleh dukungan tokoh-tokoh dunia. Pada 2 Juli 2025, klub sepak bola Paris Saint-Germain (PSG) mengunggah video TikTok yang menampilkan Neymar dan Bradley Barcola meniru tarian Dika, dengan keterangan, “Aura ini sampai ke Paris.” AC Milan juga ikut serta, mengklaim “akurasi 1899%” dalam versi mereka. Bintang NFL Travis Kelce memasukkan gerakan ini dalam selebrasi touchdown, sementara DJ Steve Aoki dan rapper KSI turut mempopulerkan tren ini, menegaskan posisi Pacu Jalur dalam budaya pop global.
Di dalam negeri, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ikut meramaikan dengan mengunggah video aura farming pada Juli 2025, diikuti oleh selebritas seperti Luna Maya. Pemerintah Riau memanfaatkan momen ini dengan menobatkan Dika sebagai duta pariwisata dan memberikan beasiswa Rp20 juta (sekitar $1.200). Dinas Pariwisata Riau memperkirakan peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 30% untuk festival Pacu Jalur 2025, yang dijadwalkan pada 20–24 Agustus di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, dengan hotel-hotel di kawasan itu sudah penuh dipesan.
Kebanggaan Budaya dan Dinamika Digital
Keberhasilan viral aura farming memicu diskusi tentang pelestarian budaya. Gubernur Riau Abdul Wahid mengusulkan Pacu Jalur untuk diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda, terutama setelah klaim bersama dari netizen Malaysia memicu bantahan keras dari pejabat lokal. “Tradisi ini milik Kuantan Singingi, Riau, yang telah dilestarikan sejak abad ke-17,” tegas Wahid.
Sorotan global ini menunjukkan kekuatan media sosial dalam mengangkat budaya lokal. Kerenator seperti @kuantanesia dan @pacujalur_net berhasil memadukan elemen tradisional dengan estetika modern, menjadikan Pacu Jalur relevan di era digital. Pemerintah Riau kini mempromosikan festival ini sebagai destinasi budaya unggulan, dengan paket wisata terbuka yang telah ludes terjual jauh-jauh hari.
Apa Selanjutnya untuk Aura Farming?
Menjelang Tarian Pacu Jalur 2025, tren aura farming terus bergelora. Penyelenggara festival berencana meningkatkan pengalaman dengan siaran langsung, kolaborasi dengan influencer, dan program pemuda untuk mempertahankan daya tarik global. Bagi masyarakat Indonesia, fenomena ini menjadi kebanggaan, membuktikan bahwa karisma seorang penari cilik dapat menyatukan warisan lokal dengan audiens internasional.
Bagi yang ingin menyaksikan langsung keajaiban Tarian Pacu Jalur, festival ini menawarkan perpaduan semarak antara olahraga, budaya, dan semangat komunitas. Baik Anda terpikat oleh tarian viral atau ketegangan lomba dayung, tradisi Riau ini adalah bukti bahwa di era digital, aura lokal bisa menjadi warisan dunia. Tandai kalender Anda untuk Agustus 2025 dan bergabunglah dengan gerakan aura farming di tepi Sungai Kuantan!